Kamis, 02 Januari 2014

Makalah ISBD (Keragaman dan Kesetaraan )

TUGAS ILMU SOSIAL
BUDAYA DASAR

logo stia.JPG
Disusun Oleh :
1. Erni Setyaningsih
2. S. Ayu Syafitri
3. Rizky Kurniawan
4. Agil Trihatmoko



SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ALMA ATA
YOGYAKARTA
2013

A.    MAKNA KERAGAMAN
            Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut KBBI artinya tingkah laku, macam, jenis, musik, langgam, warna , corak, ragi, laras (tata bahasa). Sehingga keragaman berarti perihal beragam-ragam, berjenis-jenis, perihal ragam, hal jenis.
            Keragaman yang dimaksud disini adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat kesopan, serta situasi ekonomi.
B.     MAKNA KESETAREAN
            Kesetaraan disebut juga dengan kesederajatan. Kesederajatan berasal dari  kata sederajat yang menurut KBBI artinya sama tingkatan (Pangkat, kedudukan). Dengan demikian konteks kesederajatan disini adalah suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dan satu tingkat hierarki.
C.    UNSUR-UNSUR KERAGAMAN DALAM MASYARAKAT INDONESIA

1.      Suku Bangsa Dan Ras
      Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari sabang sampai merauke sangat beragam. Sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya pegelompokan besar manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriah yang sama seperti rambut , warna kulit , ukuran –ukuran tubuh, mata, ukuran kepala, dan lain sebagainya.
            Di indonesia ,terutama bagian barat mulai dari sulawesi adalah termasuk ras mongoloid melayu muda (deutero malayan mongoloid ) . kecuali batak dan toraja yang termasuk mongoloid melayu tua (proto melayan mongoloid )  sebelah timur indonesia termasuk ras Austroloid, termasuk bagian NTT. Sedangkan kelompok terbesar yang tidak termasuk kelompok pribumi adalah golongan China yang termasuk Astratic Mongoloid.
2.      Agama dan Keyakinan
      Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia, ikatan yang dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indra. Namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari (Harun Nasution: 10)
       Agama sebagai bentuk keyakinan memang sulit diukur secara tepat dan rinci. Hal ini pula yang barangkali menyulitkan para ahli untuk memberikan definisi yang tepat tentang agama. Namun apa pun bentuk kepercayaan yang dianggap sebagai agama, tampaknya memang memiliki ciri umum yang hampir sama, baik dalam agama primitif maupun agama monoteisme. Menurut Robert H. Thoule  (Psikologi Agama: 14) Masalah agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat.
      Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain adalah:
a. Berfungsi edukatif: ajaran agama secara yuridir berfungsi menyuruh dan melarang


b. Berfungsi penyelamat
c. Berfungsi sebagai perdamaian
d.Berfungsi sebagai social control
e.Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
f. Berfungsi transformatif
g. Berfungsi kreatif
h. Berfungsi Sublimatif


      Pada dasarnya agama dan keyakinan merupakan unsur penting dalam keragaman bangsa Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya agama yang diakui Indonesia.
3.      Ideologi dan Politik
      Ideologi adalah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan yang berpengaruh kuat terhadap tingkah laku dalam situasi khusus karena merupaan kaitan antara tindakan dan kepercayaan yang fundamental. Ideologi membantu untuk lebih memperkuat landasan moral bagi sebuah tindakan. Politik mancakup baik konflik antara individu-individu dan kelompok untuk memperoleh kekuasaan, yang digunakan oleh pemenang bagi keuntungannya sendiri atas kerugian dari yang dilakukan. Politik juga bermakna usaha untuk menegakkan ketertiban sosial.
      Keragaman masyarakat Indonesia dalam politik dapat dilihat dari banyaknya partai sejak berakhirnya orde lama. Meskipun pada dasarnya indonesia hanya mengakui suatu ideologi, yaitu pancasila yang benar-benar mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia.

4.      Tata Krama
Tata Krama yang dianggap dari Bahasa Jawa yang berarti “adat sopan santun, basa-basi” pada dasarnya ialah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakap sesuai kaidah norma tertentu.
Indonesia memiliki beragam suku budaya dimana setiap suku bangsa memiliki adat sendiri meskipun karena adanya sosialisasi nilai-nilai dan norma secara turun temurun dan berkesinambungan dari generasi ke generasi menyebabkan masyarakat yang ada dalam suatu suku bangsa yang sama akan memiliki adat dan kesopanan yang relatif sama.
5.      Kesenjangan Ekonomi
Bagi sebagian negara berkembang, perekonomian menjadi salah satu yang terus ditingkatkan. Namun umumnya, masyarakat kita berada digolongan tingkat ekonomi menengah kebawah. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pemicu adanya kesenjangan yang tak dapat dihindari lagi.
6.      Kesenjangan Sosial
Masyarakat indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan bermacam tingkat, pangkat, dan strata sosial yang hirerarkis. Hali ini, dapat terlihat dan dirasakan dengan jelas dengan adanya peggolongan orang berdasarkan kasta.
Hal ini yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial yang tidak saja dapat menyakitkan, namun juga membahayakan bagi kerukunan masyarakat. Tak hanya itu bahkan bisa menjadi sebuah pemicu perang antar-etnis atau suku.

D.    PENGARUH KERAGAMAN TERHADAP KEHIDUPAN BERAGAMA, BERMASYARAKAT, BERNEGARA, DAN KEHIDUPAN GLOBAL
      Berdirinya negara indonesia dilatarbelakangi oleh masyarakat yang demikian majemuk, baik secara etnis, geografis, kultural, maupun religius.  Kita tidak dapat mengingkari sifat pluralistik bangsa kita. sehingga kita perlu memberi tempat bai berkembangnya kebudayaan suku bangsa dan kebudayaan beragama dianut oleh warga negara indonesia. Masalah suku bangsa dan, kesatuan-kesatuan nasional di indonesia telah menunjukan kepada kita bahwa negara yang multietnik memerlukan suatu kebudayaan nasional untuk menginfestasikan peranan identitas nasional dan solidaritas nasional diantara warganya. Gagasan tentang kebudayaan nasional indonesia yang menyangkut kesadaran dan identitas sebagai suatu bangsa telah dirancang saat bangsa kita belum merdeka.
      Manusia secara kodrat diciptakan sebagai makhluk yang mengusung nilai harmoni. Perbedaan yang berwujud baik secara fisik ataupun mental, sebenarnya merupakan kehendak Tuhan yang seharusnya dijadikan sebagai sebuah potensi untuk menciptakan sebuah kehidupan yang menjunjung tinggi toleransi. Dikehidupan sehari-hari, kebudayaan suku bangsa dan kebudayaan agama, bersama-sama dengan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara, mewarisi perilaku dan kegiatan kita. Berbagai kebudayaan itu beriringan, saling melengkapi. Bahkan mampu untuk saling menyesuaikan (fleksibel) dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi sering kali yang terjadi malah sebaliknya. Perbedaan-perbedaan tersebut menciptakan ketegangan hubungan antar anggota masyarakat.
      Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa. Seperti :
a. Disharmonisasi, adalah tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara manusia dengan dunia lingkungannya. Disharmonisasi dibawa oleh virus paradoks yang ada dalam globalisasi. Paket globalisasi begitu memikat masyarakat dunia dengan tawarannya akan keseragaman global untuk maju bersama dalam komunikasi gaya hidup manusia yang bebas dan harmonis dalam tatanan dunia, dengan mengenyampingkan keunikan dan keberagaman manusia sebagai pelaku uatamanya.
b. Perilaku diskriminatif terhadap etnis atau kelompok masyarakat tertentu akam memunculkan masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang tentu saja tidak menguntungkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
c. Eksklusivisme Rasialis, bersumber dari superioritas diri, alasannya bahwa secara kodrat ras/sukunya kelompoknya lebih tinggi dari ras/suku/kelompok lain.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negatif dari keragaman, yaitu:


1. Semangat religius
2. Semangat nasionalisme
3. Semangat pluralisme
 4. Semangat humanisme
5. Dialog antar umat beragama
6. Membangun suatu pola komunikasi


            Keterbukaan , kedewasaan sikap, pemikiran global yang bersifat inklusif, serta kesadaran kebersamaan dalam mengurangi sejarah, merupakan modal yang sangat menentukan bagi terwujudnya sebuah bangsa yang Bhineka Tunggal Ika. Menyatu dalam keragaman, dan beragam dalam kesatuan. Segala bentuk kesenjangan didekatnkan. Segala keanegaragaman dipandang sebagai kekayaan bangsa, milik ersama. Sikap inilah yang perlu dikembangkan dalam pola pikir masyarakat untuk menuju Indonesia Raya  merdeka.

E.     Manusia beradab dalam keragaman
      Hubungan kebudayaan denagan peradapan sangat erat. peradaban adalah salah satu   perwujudan kebudayaan yang bernilai tinggi, indah, dan harmonis yang mencerminkan tingkat kebuyaan masyarkat yang bersangkutan, misalnya, adab, sopan santun, budi perkerti ,budi bahasa,seni dan sebagaianya.masyarakat sebagai komunitas yang beragam penuh perbedaan pandangan bahkan kepentingan,tuhan menciptakan dalam keragamanya.dalam realita hidup dalam keragaman telah meluas dalam wujud perbedaan status,kondisi ekonomi,,relasi,soial,dan sampai cita-cita perorangan maupun kelompok, tanpa di landasi sikap arif dalam memandang perbedaan akan menuaikan konsentrasi panjang berupa konflik  dan bahkan kekerasan di tengah-tengah kita .sebagaimana konsepsi dari SN Kartikasari adalah hubungan antara dua pihak atau lebih  yang memiliki atau yang merasa memiliki sasaran yang tidak sejalan , pihak yang terlibat di dalam nya bisa perorangan ataupun perkelompok,yang pasti memiliki ke pentingan dan sasaran yang hendak di tuju. Dalam hal ini terdapat teori yang mennujukan penyebab konfik di tengah  masyarakat yakni :
1.teori hubungan masyarakat ,memilliki pandangan konfik di tengah-tengah masyarakat di sebabkanpolarisasi yang terus terjadi ketidak percayaan dan permusuhan dai antara kelompok yang berbeda ,perbedaan bisa dilatar belakangi SARA bahkan pilihan ideologi politiknya.
2.teori identitas yang melihat konfik yang mengeras di masyarakat tidak lain di sebabkan identitas yang teracam sering berakar hilanganya sesuatu atau penderitaan masa lalu yang tidak terselaikan.
3.teori kesalah pahaman antar budaya,disebabkan ketidakcocokan,dalam cara-cara berkomunikasi di antara budaya yang berbeda.
4.teori tarnsformasi yang menfokuskan pada penyebabnya tejadnyai kofik adalah ketidak  ketidaksetaraan,dan ketidak adilan yang muncul sebagai masalah sosial budaya dan ekonomi.
Sebab itu manusia yang beradab harus bersikap terbuka dalam melihat semua perbedaan dalam keragaman yang ada ,menjunjung tinggi nilai kesopanan,dan menjadikan keragaman sebagai kekayaan bangsa,alat pengikat persatuan seluruh masyarakat kebudayaan yang beranka ragam.
F.     Faktor-faktor Terjadinya Perubahan Sosial Budaya.
            Pada bab sebelumnya sudah di jelaskan tentang-tentang fakyor terjadinya perubahan sosial-budaya ini,pada uraian berikut ini akan di jelaskan kembali,Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan  sosial ada dua macam:berasal dari luar masyarakat dan dari dalam masyarakat itu sendiri.
§  Faktor yang Berasal dari Luar Masyarakat
1.      Akulturasi atau acultural  contact berarti suatu kebudayaan tentu yang di hadapkan dengan unsur-unsur kbudayaan asing melebur atau menyatu ke dalam budaya itu sendiri,tetapi tidak menyebabka hilangnya kepribadian.
2.      Penetrasi, ialah masuknya unsur-unsur kebudayaan asing secara paksa sehingga merusak kebudayaan bangsa yang di datangi penetrasi itu di sebut penetration violent,
Minsalnya bangsa Sepanyol dan Protugis datang ke Amerika latin sehingga kebudayaan Maya dan Inka menjadi musna.
3.      Diflusi ialah penyebaran unsur-unsur kebudan perang yaan dari satu tempat ke tempat lain sedikit demi sedikit hal ini berkaitan dengan terjadinya perpindahan.
4.      Invasi ,yaitu masuknya unsur-unsur kebudayaan asing ke budayaan setempat denngan   perang (penaklukan) bangsa asing terhadap bangsa lain penaklukan itu pada umumnya di lanjutkan dengan penjajahan selama penjajahan itu terjadi pemakasaan masuknya unsur-unsur asinh kedalam kebudayaan bangsa-bangsa yang terjajah
5.      Asimilasi kebalikan dari penetrasi.,asimilasi adalah proses penyesuainyanseseorang ataupun kelompok asing terhadap budaya setempat.
6.      Hibridisasi ,adalah perubahan kebudayaan yang di sebabkan percampura perkawinan antara orang asing dengan orang setempat,Hibridasasi umumnya bersifat individu ,walaupun tidak menutup kemungkinan perubahan akibat perkawinan campuran meluas sehingga ke lingkungan masyarakat sekelilingnya ,dan mengakibatkan munculnya kebudayaan baru.yaitu setengah kebudayaan asing dan setengah ke budayaan setempat.
7.      Milenarisasi. Merupakan salah satu bentuk gerakan kebangkitan,yang berusahan mengangkat golongan masyarakat yang tertindas telah lama menderita dalam kedudukan sosial yang rendah dan memiliki ideologi subkultural yang baru.

§  Perubahan yang Terjadi Karena Pengaruh dari dalam
1.Sistem pendidikan yang maju
·          Inovia adalah pembauran unsur teknologi dan ekonomi dari  kebudayaan
·         Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan baru ,baik berupa alat walaupun ide baru yang di ciptakan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarak
·         Namun ,ada pula pendapat lain menyatakan bahwa discovery adalah penemuan sesuatu yang sebelumnya telah ada
·         Investasion adalah pendapat atau perolehan hal – hal baru yang di lakukan melalui usaha yang sungguh-sungguh walaupun melalui  trial and error
·         Enkulturasi atau pembudayaan adalah suatu proses manusia mempelajari menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan sistem norma (meliputi norma susila ,adat,hukum, dan agama) yang hidup dalam masyarakat
2.Menghargai hasil karya orang lain .
3.Adanya keterbukaan di dalam masyarakat
4.Adanya toleransi terhadap perbuatan – perbuatan menyimpang (deviation) .
5. Penduduk yang heterogen.





                                                        DAFTAR PUSTAKA        
Setiadi, Elly, 2006. Ilmu Dasar Dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana

Widagdo, Joko, dkk. 1999. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara